Nightmare
Aku tau ini salah,
aku tau ini tak wajar, ini tak seharusnya terjadi, aku tak mau menjadi
pengkhianat bahkan berkhianat dengan sahabatku sendiri.
Namaku
Audrey Nabela, sebut saja aku auk, aku anak perempuan satu-satunya dirumahku, aku
bersekolah di SMA Cyber, salah satu sekolah ternama di daerah Bandung. Pagi itu
aku berangkat terburu-buru karena ada jadwal bimbingan belajar “auk gak sarapan
dulu sayang?” teriak mama dari ruang makan, aku yang baru turun dari tangga
langsung menyambar roti yang ada diatas meja makan lalu pergi menuju mobil yang
kemudian diikuti mama “hati-hati ya sayang” kata mama, “iya ma” jawabku. Dalam
perjalanan menuju sekolah aku mengeluarkan hpku dan ternyata ada satu sms masuk
dan ketika aku buka aku terkejut bukan kepalang dia cowok yang aku suka mengirimiku
sms meskipun hanya mengatakan “auk aku pinjem pr kamu ya kalau udah sampe di
sekolah”. Sesegera mungkin aku membalasnya
*SMS*
Aku :
“tenang aja pasti aku pinjemin ini lagi dijalan bentar lagi juga sampe”
Daffa : “cepetan ya keburu masuk”
Aku : “ini juga udah di depan gerbang bawel
amat sih”
Daffa : “yaudah auk cepet masuk, aku tunggu
dikelas”
Aku : “Siaapp!!!”
***
Di kelas
“aukkk
mana bukunyaaa cepetann!” teriak daffa,“ini daf kamu bawel banget sih emang gak
bisa BIASA aja kali!” ucapku sambil melempar buku. Daffa langsung menyalin prku
sampai selesai. Bel masuk telah berbunyi tanda pelajaran telah dimulai. Saat
itu pelajaran seni budaya, bu desi menyuruh kita untuk membentuk kelompok
“anak-anak cepat bentuk kelompok sebanyak 4 orang” kata bu desi, “siap bu” jawab murid-murid serempak. Aku
langsung bergegas “aukk kamu sama siapa aku sama kamu ajadeh lebih seru” kata
daffa, “ya terserah sih aku sama siapa
aja boleh” kataku. Aku sangat senang, seketika itu aku senyum-senyum sendiri
hingga mukaku memerah dan aku terkejut ketika “woy ngapain sih senyum-senyum
gak jelas kaya orang gila kamu hahahaha” ucap daffa dengan tingkah konyolnya,
“dasar ih tukang ngagetin aja untung aku gak punya riwayat penyakit jantung,
kalau gak udah jatuh pingsan tadi” ucapku, “please auk jangan alaayy” ucap daffa, dan
akhirnya kita bergurau saling mengejek hingga bel istirahat berdering. Saat
istirahat Alexa datang ke kelasku, dia adalah sahabatku dan yang pasti dia
adalah PACARnya DAFFA. Alexa datang dengan gayanya yang anggun dan dia memang
cantik “aukk mana daffa?” tanya alexa, “tauk, tadi pamitnya ke kantin bareng Dika”
jawabku, “eh kenapa sih kayanya daffa akhir-akhir ini berubah, kamu ngerasa gak
sih auk? Dia cuek” tanya alexa, “gak, menurut aku biasa aja, kamu aja kali
terlalu posesif, hati-hati daffa kayanya gak suka dikekang” jawabku, “ih kok
bilang gitu sih? Siapa yang ngekang dia?”, jawab alexa dengan wajah mengerut
“yaudah sih terserah kamu ya, aku cuma ngasih tau aja” jawabku lalu pergi
meninggalkannya.
***
Bel masuk berbunyi
Alexa
yang sedari tadi dikelasku untuk menunggu daffa akhirnya pergi “auk balik dulu
ya” teriak alexa, “ya” jawabku. Jadwal pelajaranku sekarang adalah matematika,
sangat membosankan, aku sangat menantikanmu berdering oh bel pulang.
Bel pulang berdering
Semua
siswa bersorak senang. Ada yang tadinya tidur dia langsung terbangun dan kau
tau apa dia paling bersemangat pulang. Aku sendiri segera menuju gerbang karena
pasti Pak Min sudah menungguku. Dan benar pak min sudah “stand by” di dalam mobil, segera aku menuju mobil.
Sesampainya
dirumah, rumah sepi karena papa belum pulang dari bekerja dan mama pergi
arisan. Aku segera pergi ke kamar mandi untuk mengganti baju. Setelah ganti
baju dan makan siang barulah aku menuju kamar. Didalam kamar aku merebahkan
diri sambil membuka hp, segera aku menulis pesan untuk daffa. Entah mengapa
perasaan ini begitu ingin menanyakan kabarnya
*SMS*
Aku : “hey daf”
Daffa
: “ada apa auk yang imut?”
Aku : “hah? Kamu bilang aku apa?”
Daffa : “kurang jelas ya? IMUT”
Aku : “ih jahat aku gak imut daf L”
Daffa : “emang kenapa ? kamu kan emang imut”
Aku : “kamu sebenarnya tau gak sih arti
imut?”
Daffa : “imut itu lucu kan?”
Aku : “tuh kan kamu gak tau”
Daffa : “terus apa artinya auk?”
Aku : “IMut = Item Mutlak”
Daffa : “hahahahaha ya tapi kayanya itu cocok
juga buat kamu auk”
Aku : “aku putih kali gak item kamu tuh item
hahaha”
Lama aku menunggu balasan sms daffa hingga aku
tertidur.
***
“daf
kamu kenapa sama alexa?” tanyaku, “aku males sama dia, dia selalu ngekang aku,
aku gak suka sama cewek posesif, kamu tau itu kan auk?” jawab daffa, “iya daf,
emm kalau aku jadi alexa aku gak bakal se posesif dia” jawabku, daffa langsung
menatapku dengan tatapan yang entah apa arti tatapan itu.
Sepulang sekolah
alexa menghampiriku dia marah-marah padaku dan kami pun bertengkar hebat, tidak
pernah sebelumnya sehebat ini. Alexa menatapku tajam “kamu suka sama daffa?”
tanya alexa, “emmm gak, ih jangan ngauwr kamu lex, ngapain aku suka sama pacar
sahabat ku sendiri” jawabku dengan nada mengelak, “udah deh! Kamu jangan
munafik! Aku tau selama ini kamu membicarakanku dibelakangku, kamu teman
palsu!, sebenarnya aku sudah mengira kalau kamu suka sama daffa dari tatapan itu
dari tingkahmu yang duduk satu bangku dengan daffa, karena itu aku sering
selalu cemburu meskipun itu padamu pada sahabatku sendiri, kamu tega auk kamu
jahat ini sama saja dengan kamu menusukku dari belakang!!” bentak alexa dan
tiba-tiba dia menangis, “lex aku gak bermaksud seperti itu, ini bukan salahku,
ini bukan inginku, aku juga tidak mau terjebak dalam perasaan ini” jawabku
meyakinkan, tiba-tiba daffa datang “lex kamu kenapa? Ada apa sama kalian?”tanya
daffa, “kalian berdua munafik! Kamu daf, apa kamu juga suka sama audey?” tanya
alexa sambil sesenggukan, “kalo iya kenapa?, lagipula kamu terlalu posesif, aku
BOSAN sama kamu, aku bukan boneka kamu yang bisa kamu atur-atur semaumu!!”betak
daffa, alexa lalu lari masuk kedalam sekolah entah apa yang hendak dilakukannya
yang pasti dia menangis sambil berlari. Lalu daffa menghampiriku “auk kamu gak
apa-apa kan?” tanya daffa, “iya aku baik-baik aja kok” jawabku tersenyum, “oh
yaudah deh” jawab daffa, “enggghhh daff, tadi maksud kamu ngomong gitu apa?,
itu beneran?” tanyaku, “hehehe sebenernya udah dari lama aku suka sama kamu auk
masa sih kamu gak sadar” jawab daffa, “enggak” jawabku singkat, “yaudah kamu
mau gak jadi pacar aku?” tanya daffa, aku kaget “kamu serius? Terus alexa
gimana?” tanyaku, “udah deh jangan pikirin alexa, aku mau nya cuma sama kamu
auk” jawab daffa, “emm yaudah” jawabku, “yaudah gimana? Kamu nerima aku apa
nggak????” tanya daffa.
“audrey
sayang kamu didalam? Mama baru pulang nih,cepet bangun ini mama bawain makanan
kesukaanmu untuk makan malam” sebuah teriakan diiringi ketukan pintu yang keras
dari mama mengagetkanku hingga membangunkanku dari lelapku . Aku yang sedari
tadi tertidur langsung terbangun mendengar teriakan mama, “iya ma ini aku baru
bangun tidur” jawabku, “yaudah cepat mandi terus makan mama tunggu di meja
makan ya auk” perintah mamaku, “iyaaa maa” jawabku.Terdiam aku merenung,
tenggelam dalam pikiran yang tengah tercampur aduk dengan perasaan bingung, apa
maksud mimpi tadi? Apa benar mimpi itu akan nyata? Tapi aku tau bahwa daffa
hanya menganggapku seorang teman tidak lebih dari itu, dia memang tidak suka
dengan sifat alexa yang posesif seperti sekarang tapi dia pernah berkata padaku
bahwa dia sudah terlanjur menyayangi alexa. Seketika butiran bening keluar dari
mataku dan mengalir diwajahku, aku sadar itu tidak akan pernah mungkin terjadi,
aku hanya bisa memendam ini semua, kalau sampai alexa tau bisa hancur
persahabatan kita dan aku juga bisa kehilangan daffa sebagai teman dekatku
bahkan teman satu bangkuku, “gakk aku gak mauuu itu terjadiii!” teriakku sambil
terisak. Aku tau bila itu terjadi pastilah itu hanya sebuah MIMPI.
Oleh: Ade Vionita Pramaysella
Pengorbanan
Ibu Siti
Karya
: Adnan Mardiyansyah Putra
Pada suatu
ketika di Desa Kanigaran, hiduplah seorang wanita paruh baya biasa dikenal
dengan nama Ibu Siti yang hanya tinggal berdua bersama anak sulungnya bernama
Adit di rumah tua yang beralaskan tanah dan beratapkan jerami. Tak jarang
hewan-hewan kecil seperti tikus dan kecoa menemaninya disaat malam tiba. Dikala hujan mengguyur, tetes demi tetes hujan
membasahi rumahnya beserta dinginnya angin malam pun turut menemani tidurnya.
Tapi itu semua tak mengurangi semangat hidupnya disaat dia harus menjadi tulang
punggung keluarga untuk menghidupi dan menafkahi anaknya yang bersekolah di
jenjang sekolah dasar.
Setiap harinya
Ibu Siti selalu bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan anaknya dengan lauk seadanya
dan menyiapkan jamu racikannya sendiri untuk dijualnya keliling desa. Dengan
sepeda tuanya dia mengayuh sekuat tenaga demi sesuap nasi. Sebelum memulai
berjualan jamu, terlebih dahulu dia mengantarkan Adit ke sekolah. Sesampainya
disekolah, tiba-tiba Adit bertanya sambil turun dari sepeda “Bu, ada yang
lupa?”. “Memangnya apa dit yang kelupaan?” tanya Ibu Siti. Aditpun menjawab
dengan mengarahkan jari telunjuknya ke keningnya, lalu dengan sigap Ibu Siti
paham dan langsung mencium kening Adit dengan berkata “Inikan yang kamu
maksud..., belajar yang rajin ya?”. “Siap bu” Kata Adit yang mengambil tangan
ibunya untuk bersalaman dan menciumnya lalu pergi meninggalkan ibunya dengan
perasaan hati yang senang.
Lalu setelah
mengantarkan anaknya ke sekolah, mulailah Ibu Siti berjualan jamu hingga sore
hari. Tak jarang jamu yang dibuatnya itu tidak laku, yang akhirnya diberikan
secara cuma-cuma ke tetangganya. Meskipun begitu dia tetap tabah dan bersyukur
atas anugerah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Tak sedikit juga tetangganya
ikut membantu memberi sumbangan untuknya tapi dengan hati lembut dia menolaknya
dengan selalu berkata “Maaf Ibu, bukannya
saya menolak pemberian dari ibu tapi menurut pribadi saya sendiri, lebih baik
mencari uang sendiri meskipun sampai sakit daripada harus meminta-minta” .
Ketika Malam
tiba Ibu Siti mengantarkan anaknya mengaji di musholah dengan menemaninya
hingga selesai mengaji dan kembali pulang ke rumah. Tak terasa jam sudah
menunjukkan pukul 21.00 WIB, dia pun menyuruh Adit untuk segera tidur agar
besok tidak kesiangan. Kencangnya angin malam dan nyamuk yang mulai
berdatangan, Ibu Sitipun menebas nyamuk yang mencoba mengerumungi anaknya hanya
dengan sebuah buku. Sambil mengipasi anaknya yang sedang tertidur pulas dia
berkata dalam hati kecilnya ”Aku
bersyukur telah diberi anugerah yang besar dengan mempunyai anak yang patuh dan
diberi ketabahan meskipun dia hanya hidup di keluarga yang bisa dikatakan
miskin tapi dia tetap bersyukur” .
Tetapi semua
berubah ketika suatu hari Adit berkata,
“Bu, lihat sepatuku sudah rusak, aku ingin mempunyai sepatu baru seperti
kepunyaan teman-teman, aku malu menggunakan sepatu yang bau dan sobek ini bu!.”
“Ibu sebenarnya mau membelikanmu sepatu baru, tetapi ibu masih belum punya
uang, kalau kamu mau punya sepatu baru, akhir bulan ini pasti akan ibu belikan”
kata Ibu.
“Tidak bu, aku maunya besok?”
“Tapi nak . . . ya sudah ibu usahakan”
Dengan perasaan hati yang resah dan gundah Ibu Siti berpikir mengenai dari mana
dia mendapatkan uang untuk membelikan sepatu anaknya, padahal uang yang
diperoleh dari menjual jamu hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari.
Keesokan harinya
Ibu Siti pun bekerja keras untuk membelikan anaknya sepatu baru dengan
berjualan jamu dari terbit hingga terbenamnya fajar tanpa mengenal lelah.
Meskipun hujan mulai mengguyurnya dia tetap bersikeras untuk tetap bekerja demi
memenuhi keinginan anaknya walaupun tubuhnya sudah mulai lemas dan
terbatuk-batuk. Hingga malam pun dia tetap bekerja dengan mencucikan piring dan
baju tetangganya.
Sepulang Adit
dari mengaji yang kali ini tidak di antarkan oleh sang Ibu, tiba-tiba Adit
membuka pintu dengan sangat keras dan berteriak mencari ibunya “Ibu...ibu
dimana? Mana sepatuku yang kau janjikan bu?”. Satu persatu dia membuka pintu
dan ketika dia membuka pintu kamarnya, dia terkejut ketika melihat Ibunya
berbaring lemas yang terbatuk-batuk dan menggigil dengan berselimutkan sarung
kusut. Dengan perasaan bersalah Adit berjalan menuju Ibunya dan terkejutlah dia
ketika melihat sepatu lamanya yang awalnya sobek dan sangat bau menjadi bersih,
wangi dan sudah terjahit rapi. Tak sadar dia tiba-tiba meneteskan air matanya
dan ternyata Ibu Siti terbangun, sontak Adit langsung memeluk erat ibunya
dengan berkata “Maafkan aku bu, yang durhaka ini telah membentak dan menyuruh
Ibu demi membelikanku sepatu baru dengan bekerja dari pagi sampai malam hingga Ibu seperti ini, Maaf bu?”. Lalu Ibu
Sitipun menjawabnya dengan terbatuk-batuk “Uhuk...uhuk, kamu tidak salah kok
nak, yang salah itu ibu, maafkan ibumu ini dit yang tidak bisa membelikanmu
sepatu baru, Ibu hanya mencucikan dan menjahit sepatu lamamu itu?”, ”Itu sudah
lebih dari cukup bu, terima kasih bu dan sekali lagi aku minta maaf?” kata
Adit. “Ya dit, sudah gak tidak masalah kok nak!” kata Ibu Siti sembari mencium
kening dan kedua pipi anaknya.
Akhirnya pada
keesokan harinya semua telah kembali seperti sedia kala. Ibu Siti yang mulai
berjualan jamu kembali yang tak lupa untuk mengantarkan anaknya sekolah dan
mengaji, serta Adit yang hatinya kini sedang bergembira walaupun tidak memiliki
sepatu baru seperti teman-temannya tapi Adit tetap bersyukur atas apa yang
telah dia miliki dengan hidup berdua bersama Ibu tercintanya yaitu Ibu Siti Si
Penjual Jamu dari Desa Kanigaran.
“RASA”
“Terimakasih
pernah datang dan pergi lalu kembali lagi, terimakasih pernah membuatku bahagia
lalu merasakan perih, terimakasih telah menjadikanku seutuhnya dan segalanya
dihidupmu , terimakasih J ”
N
Kata
itu mengingatkanku pada seseorang yang sampai saat ini tak bisa ku lupakan ,
seseorang yang pernah berada dalam hidup ku meskipun tak benar benar nyata. Seseorang yang sampai sejauh ini masih
terbayang bayang dalam benakku , seseorang yang selalu kusebut namanya dalam
doa , meskipun dia mungkin tak menyebutkan namaku di dalam doanya. Ya , Andri
namanya , sesosok laki laki yang menurutku baik , tetapi……… ah sudahlah.
Aku
perempuan berumur 16 tahun , yang masih duduk di kelas 2 SMA di salah satu
sekolah menengah atas negeri terkenal di kota ku. Satu tahun yang lalu, aku
masih duduk dikelas 10 , dimana aku pertama kali melihat dia dari tingkat
kelasku. Pada saat itu adalah waktu istirahat,aku berdiri di samping tembok
pembatas , sambil menikmati indahnya taman yang ada di depan mata bersama seorang
temanku , sebut saja Ika.
“ dia siapa ?” kataku, seraya tetap melihat ke arah
nya.
“ oh , itu Andri , kenapa ?” tanya ika.
“oh , gak papa cuma nanya” jawabku .
“kamu suka diaaa ?” tanya nya lagi.
“suka ? ah tidak , aku hanya ingin tahu saja” kata
ku.
Lalu bel masuk pergantian pelajaran pun berbunyi ,
aku dan Ika masuk kelas. Didalam kelas , aku bertanya semua hal yang Ika tahu
tentang Andri. Ternyata dia , anak kelas 11 .Sepertinya , Ika menaruh curiga
kepadaku ia menganggap aku menyukai Andri. Aku tak menyukai dia , aku hanya
merasa penasaran , mengapa diawal melihat dia , aku seperti merasakan sesuatu
yang berbeda , entah perasaan apa itu ??
N
Semakin hari entah
mengapa aku semakin penasaran ingin lebih tau siapa sebenarnya Andri itu ? aku
mencoba mencari tahu sedikit demi sedikit tentang dia , melalui salah satu
jejaring sosial , ya Facebook. Aku menekan nekan keyboard laptop ku menuliskan
nama nya di kolom pencarian facebook , dan akhirnya aku menemukan. Yah ….
setidaknya aku bisa sedikit demi sedikit lebih mengerti siapa dia dari akun
facebook nya.
Pada suatu siang
disekolah , aku melamun duduk di samping pagar pembatas , melihat sekeliling
orang yang hilir mudik dibawah tingkat kelasku , entah apa yang ada di
fikiranku , aku beranjak masuk ke dalam kelas , mengambil secarik kertas dan
sebuah bolpoint. Disitu aku mulai membuat sebuah puisi , menuliskan apa yang
saat itu sedang aku rasakan, yang entah mengapa tak seperti biasanya aku ingin
menulis sebuah puisi .
Mungkin
Ketika kutatap indahnya langit malam
Ketika itu juga kurasaka adanya dirimu
Tapi mengapa kau tak pernah menegerti
Tentang semua perassan ini
Kala
malam ku terdiam
Menghayal
indah tentang dirimu
Sesekali
ku tertawa , marah dan kecewa
Terfikir
dalam benak , aku jatuh cinta
Bagaimana aku bisa mengungkapkan
semuanya
Jika kau sendiri seakan tak mau tahu
Aku ingin berlari diatas awan
Berteriak bahwa aku punya rasa
Rasa
yang selama ini terpendam
Tapi
mengapa aku baru sadar
Bahwa
rasa ini tak mungkin terbalas
Sampai
kapan pun…..
Sebuah puisi ,
tercipta hanya dalam beberapa menit. Yang tak ku mengerti alasan apa yang
membuatku menulis puisi itu. Aku tak mengerti , sama sekali tak mengerti. Bel masuk kelas pun berbunyi , aku
masuk kelas dan segera mempersiapkan pelajaran yang aka dimulai beberapa menit
lagi. Tetapi mengapa setelah menulis puisi itu, hati ku merasakan rasa yang
semakin tak menentu ? seketika ku teringat kepada nya …. Andri.
N
Ulangan akhir
semester satu akan dimulai. Setiap wali kelas membagikan kartu ujian kepada
siswanya. Kelasku kebagian di kelas atas , ruang 13. Hari itu hari sabtu ,
senin besok ujian akhir semester satu dimulai.
Senin. Tanpa ku tahu
dan ku sadari, ternyata lelaki yang kusukai berada di dalam satu ruangan
denganku, tepat berada di belakangku. Hari hari begitu indah kulewati dengan
setia tetap memandangi dia yang tepat berada dibangku paling belakang. Tetapi
rasanya hari yang menyenangkan itu cepat berlalu . Ujian akhir semester satu
berakhir.
Semenjak itu aku
sering memperhatikan dia , memandanginya lewat tingkat kelasku dan secara diam
diam menanyakan kabarnya. Aku sempat berfikir ,
bisakah aku dekat dengannya , bisa mengenlanya lebih jauh dan lebih
dalam lagi bahkan apakah aku bisa memilikinya ? entah aku tak tahu. Tak
kumengerti mengapa perasaan ku semakin menjadi jadi ? aku semakin bertanya
tanya apakah dia akan ditakdirkan singgah dihidupku? Entah.
N
Acara
pensi berlangsung sangat gemerlap dan meriah. Semua murid termasuk aku sangat
menikmati acara tahunan tersebut , nuansa malam yang digunakan semakin menambah
kesan glamour acara tersebut. Acara demi acara berlangsung sangat meriah ,
hingga akhirnya aku melihat dia ada didepan mataku ,ternyata dia salah satu
pengisi acara. Dengan sigap aku mengambil kamera dan segera lah aku bermain
dengan kameraku tentunya dengan objeknya…. dia , ya dia yang ada di depan
mataku saat ini. Andri. Aku kagum dengan dia , entah mengapa , entah alasan apa
yang membuatku kagum akan dirinya. Apakah mungkin perasaan ini hanya sebuah
rasa kagum biasa ? atau rasa rasa yang lainnya , yang sepertinya manis bila
dirasakan ?? ya aku bahagia saat ini , bahagia karena mengagumi sesosok laki
laki ciptaan Tuhan yang dikirim ke dunia untukku? Untukku ? semoga saja yahh J
N
“ mungkinkah kau merasakan semua yang
kurasakan..kenangkah kasih. Kusuka dirinya mungkin aku sayang namun apakah
mungkin kau menjadi milikku , kau pernah
menjadi , menjadi miliknya namun salahkah aku bila kupendam rasa ini”
Sejenak kunyanyikan petikan lagu yang saat ini
mewakili perasaanku. Dengan suasana hujan rintik rintik , ku duduk terdiam di
samping jendela sambil menikmati sejuknya suasan hujan sore itu. Tiba tiba
terlintas di pikiranku sesosok wajah yang tak asing , dia berlari lari tepat di
otakku , terbayang bayang wajah manis Andri……
Penerimaan
raport akhir semester 1akhirnya datang juga , itu tandanya liburan pun segera
dimulai. Yeeeee , inilah waktu yag ditunggu tunggu oleh seluruh siswa
disekolahku , yeah holiday dimulaiiii. Liburan kali ini menjadi liburan pertama
ku di SMA. Aku pergi berlibur kerumah kakak dipuncak. Sejenak melupakan
kejenuhan pelajaran disekolah bahkan sejenak mencoba rilex dan tak memikirkan dia….Andri.
Tak
terasa liburan sudah hampir berakhir. Dua pekan libur dari rutinitas ku sebagai
siswa merasa kurang. Aku harus kembali ke kota asalku untuk menjalani
rutinitasku seperti sedia kala. Tapi tak mengapa , dua pekan membuatku merasaka
rindu akan sekolah , teman teman dan terutama Andri , laki laki dua tahun lebih
tua dariku , laki laki yang aku sukai saat ini.
Hari
pertama masuk sekolah , mata masih merah dan susah banget dibuat melek. Biasa
lah , kan liburan bangunnya siang terus. Hehehe. Hari itu free dari pelajaran
dan dibuat untuk bersih bersih kelas yang udah dua pekan gak ditempatin ,
bayangin aja deh ya kayak apa kelas itu , berdebu, kotor , ih menjijikkan deh
pokoknya.
N
Semester
dua semakin hari semakin berlalu , tandanya aku akan cepat naik ke kelas 11.
Tapi tak ku dapati tanda tanda aku semakin dekat dengan dia , malah semuanya
seperti biasa saja , semuanya mengalir seperti air. Tak ada ombak yang
menerjang , dan tak ada air terjun yang dengan indahnya membasahi tebing tebing
dalam rasaku ini. Semua mengambang tak ada kejelasan. Semua serasa hambar tanpa
ada pendekatan diantara aku dan dia. Aku mulai berpikir pesimis , aku mulai
menata pikiranku untuk berhenti menyukai dan berhenti mengharapkan dia menjadi
milikku. Aku tak mengerti aku harus berbuat apa , aku bimbang , aku ragu , dan
aku merasa aku harus berhenti saat ini juga.
N
Akhirnya
semester dua pun berakhir , raport pun dibagiakan dan hasilnya aku naik ke
kelas sebelas. Semua teman temanku bersorak kegirangan karena nilai yang
memuaskan , akupun begitu. Kita tertawa tawa , bersendau gurau mengingat
liburan akan dimulai yang tandanya kita tidak bertemu untuk beberapa pekan
kedepan.
Dari
jauh kulihat sosok laki laki bertubuh tinggi , berkulit sawo matang , memakai
jaket dan sebuah jam tangan hitam yang melingkar ditangannnya. Aku seperti
melihat raut wajah yang diselimuti kegelisahan itu berjalan menuju arah
berlawanan denganku. Mengapa dia ? bagaimana keadaan dia ? baik baik saja kah ?
atau tak pura pura baik? Semoga saja tak terjadi apa apa.
Kelas
11 dimulai. Tandanya MOS pun juga dimulai untuk anak baru yang diterima
disekolahku. Betapa rasa rindu terhadap teman teman pun tak bisa terbendung
lagi , kami bercerita tentang liburan kita , menceritakan dan meningat ingat
kembali disaat kita kelas 10 lalu. Aku dan teman teman berjalan jalan menyusuri
sudut sudut sekolah , melihat kelas 10 yang sedang melakukan MOS. Disaat aku
melihat hilir mudik murid yang ada disekelilingku, mataku terpanah pada sesosok
laki laki yang wajahnya tak asing lagi bagiku. Aku segera bergegas pergi
meninggalkan tempat itu , berharap dia tak melihatku.
MOS
berakhir , dan pelajaran berjalan normal seperti biasanya. Sekarang aku sudah
duduk di kelas 11 , artinya sudah kurang lebih 1 tahun aku mengagumi Andri. Tak
ku tahu dan tak ku mengerti aku mendengar desas desus dari seorang temanku
bahwa Andri sudah mengetahui aku dan semua rasa ku ini. Malu dan gugup pun
selalu terlintas bila ku berpapasan dengannya. Aku mencoba meyakinkan diri ,
bahwa Andri memang bukan untukku , bukan milikku dan tak akan pernah menjadi
milikku. Aku harus melupakan dia.
N
Tak
kusadari seseorang menepuk bahuku dari belakang dan membuyarkan semua lamunan
tentang masa lalu ku. “ sayang ayo kita pulang , aku sudah selesai kok
rapatnya. Sorry udah buat kamu nunggu lama disini” sambil menggandeng tanganku
Andri mengajakku meninggalkan sekolah, karena sekolah sudah mulai sepi dan jam
tanganku sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore.
“Terimakasih
pernah datang dan pergi lalu kembali lagi, terimakasih pernah membuatku bahagia
lalu merasakan perih, terimakasih telah menjadikanku seutuhnya dan segalanya
dihidupmu , terimakasih J ”
N
Oleh: Alia Puspita Ramadanti.
Warna Warni
Persahabatan
Kejadian
yang dialami oleh Shasa pada tiga tahun silam mengenai persahabatan yang
dijalani oleh Shasha beserta kawan-kawannya.Shasha memiliki 2 kelompok sahabat
yang selalu setia menemani dalam keadaan apapun.Sahabat pertama terdiri dari
cewek-cewek pintar, diantaranya Diah, Lina, Rahayu, dan Shasha sendiri.Mereka
selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi.Sahabat kedua terdiri dari cowok-cowok
plus satu cewek yang memepunyai kesamaan yaitu suka bercanda, terdiri dari Aris,
Asep, Judit dan Shasha.Mereka mempunyai hobby yang sama-sama suka menjahili
temannya.Pada suatu hari disekolahnya, terjadi perbincangan antara
sahabat-sahabat Shasha.
“
Hey bro, beli-beli yuk”, ajak Aris kepada teman-temannya.
“
Ayooooo”. Teman-teman menyetujui permintaan Aris.
Kemudian
mereka pergi ke warung sekolah untuk membeli snack yang mereka sukai.Waktu
snack yang dimakan Shasha dan teman-temannya habis, kemudian Asep membuat
pertanyaan yang membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak.
“
Eh teman-teman, ini lihatlah! Di bungkusan makanan ini tertera tulisan makanan
ringan. Kalau makanan berat tahu tidak isisnya apa?”
“
Tidak, memangnya kamu tahu?”
“
Tahu dong!”
“
Apa isinya coba, kalau kamu tahu!”
Sambil
memungut batu yang ada di taman depan kelasnya, Asep memasukkan batu itu ke
dalam plastic snacknya yang sudah habis. Dengan memberitahukan kepada
teman-temannya apa isi yang ada di plastiknya itu.
“
Nih…nih.. nih isinya adalah…….. batu!”
“
Hah batu?”. Teman-temanya heran, karena makanan berat yang ada di dalam plastic
itu adalah batu.
“
Kok bisa batu?”
“
Bisalah! Kan batu berat, apalagi batunya sudah aku masukkan ke dalam plastic
snacknya, kan jadinya makanan berat.”
Meskipun
jawaban yang diberikan oleh Asep tidak masuk akal, tetapi teman-temannya
tertawa, tertawa karena melihat ekspresi Asep yang lugu melontarkan jawaban
yang dijawabnya.Bel masuk pun berbunyi.Mereka mengikuti pelajaran dengan
keseriusan masing-masing.Tanpa terasa, bel pulang pun berbunyi.Sebelum pulang
mereka berdoa bersama-sama.
Setelah
selesi berdoa.
“
Ayo kita pulang!” ajak Shasha kepada teman-temannya. Berhubung Shasha, Diah dan
Lina sekompleks, mereka bersepeda bersama-sama sambil berbincang-bincang
tentang pelajaran yang telah usai dipelajari. Tanpa disadari, akhirnya mereka
tiba di rumahnya. Shasha, Diah, Lina saling berpamitan.
“
Dada… sampai ketemu besok ya. Kita berangkat bersama lagi pergi kesekolahnya”.Ajak
Lina kepada Shasha dan Diah.
“
Kita janjian dimana untuk berangkat bersama ke sekolahnya besok?”. Tanya
Shasha.
“
Aha… kalian tunggu di depan rumahku saja ya”. Sambil menunjukkan jari
kelingkingnya, Diah memberi saran kepada Shasha dan Lina.
“
Setuju”. Mereka menyetujui pendapat dari Diah.
“
Sip, kalau begitu sampai ketemu besok ya”.
Keesokan
harinya, Shasha dan Lina berkumpul di rumah Diah.Tidak lama Diah pun keluar
sambil membawa sepeda dari dalam rumahnya.
“
Sudah siap untuk berangkat sekolah hari ini? Ayo kita berangkat!”.Ajak Shasha
kepada Diah dan Lina.
“
Siap dong!”. Jawab Diah dan Lina.
Akhirnya
mereka berangkat menuju sekolah sambil mengobrol pelajaran yang akan diberikan
oleh gurunya ketika pelajaran dimulai.
Sesampainya
disekolah.
“
Hari ini enggak ada pr kan?” Tanya Aris kepada Shasha.
“
Enggak tuh”
Mereka
selalu bermain bersama-sama, walaupun Shasha lebih memprioritaskan untuk
bermain bersama Diah, Lina, Rahayu. Tetapi Aris, Asep dan Judit setia terhadap
Shasha, karenanya Aris, Asep dan Judit juga ikut bermain bersama-sama sahabat
Shasha juga. Hari pun berganti hari.Minggu berganti minggu, dan bulan berganti
bulan. Mereka semakin kompak anatara satu sama lain, tetapi ada salah satu
sahabat yang lain merasa iri terhadap persahabatan antara Shasha, Aris, Asep
dan Judit. Mereka adalah Ulfa, Tina, Tri, dan Dwi. Entah apa yang membuat mereka
merasa angkuh terhadap persahabatan Shasha, Aris, Asep, Judit. Mereka
rasa-rasanya ingin persahabatan Shasha dengan Aris, Asep dan Judit menjadi
bubaran.Untung saja Aris, Asep dan Judit memiliki rencana untuk menyidang
sahabat-sahabat Ulfa.
“
Hey, Ulfa! Teman-temannya juga deh!. Kenapa kalian membuat masalah dengan kami
( Shasha, Aris, Asep, Judit)? Padahal kami tidak membuat masalah sama kalian!”.
Bentak Aris.
“
Iya, padahal kita kan enggak buat masalah sama kalian, tapi kenapa sih kalian
rasanya enggak suka kalau kita sahabatan asama Shasha hah…?” sela Asep terhadap
pertanyaan Aris.
“
Enggak kok… kita enggak membuat masalah sama kalian!” jawab Ulfa
“
Ngaku aja deh”. Sentak Jdit.
“
kalian enggak percaya ya?. kalau kalian enggak percaya, ya udah” jawab Dwi.
“
Memang…memamng kita enggak percaya sam kalian, ngaku deh!” mereka menekan
kepada Ulfa dan sahabatnya agara mengakui kesalahannya.
Tiba-tiba
Ulfa dan sahabat-sahabatnya menangis. Entah apa yang dilakukan oleh Aris, Asep,
Judit sehingga membuat mereka menagis.Mengetahui Ulfa dan sahabat-sahabatnya
menangis, akhirnya Aris dan teman-temannya meninggalkan Ulfa dan sahabatnya.
“
Shasha, Diah, Lina, Rahayu…. Aku berhasil membuat Ulfa dan sahabat-sahabatnya
mengis..hahahahahahah”
“
Kalian kok gitu sih, memangnya kenapa kalian membuat mereka menangis segala
coba?”
“
Habisnya sih… mereka angkuh, yaudah kita-kita menyidang mereka-mereka noh!”
“
Hash, dasar kalian. Kalau mereka mengis dikira kita habis menganiaya mereka
loh!”
“
Biarin aja. Suruh siapa mereka angkuh!”
Hari
pun telah berganti, Ulfa dan para sahabatnya tiba-tiba menjadi dingin
pembawannya.Mungkin mereka berubah karena mereka disidang oleh Aris dan
teman-teman.Tapi sahabat-sahabat Shasha sudah tidak menghiraukan lagi kepada
Ulfa dan sahabatnya-sahabatnya, karena Shasha dan sahabat-sahabatnya sebenarnya
juga merasa bahwa Ulfa dan sahabat-sahabatnya itu iri terhadapnya.Untungya,
Shasha dan sahabat-sahabatnya mempunyai inisiatif untuk meminta maafkapada Ulfa
dan sahabat-sahabatnya itu.
Akan
tetapi, Ulfa dan sahabat-sahabatnya merasa masa bodoh untuk menerima maaf dari
Shasha dan sahabat-sahabatnya.Waktu pun berlalu.Tapi tetap saja Ulfa dan
sahabatnya tidak menerima maaf dari Shasha dan sahabat-sahabatnya.Mereka
berembuk untuk meminta maaf lagi dengan keiginan dimaafkan.Usut punya usut
selidik punya selidik, Tri cemburu terhadap Shasha, karena Tri menyukai Judit.
Akan tetapi Judit lebih dekat sama Shasha, dan juga..Dwi menyukai Aris. Tetapi
Aris tidak menyukai Dwi. Ternyata Aris suka sama sahabat Shasha, yaitu Diah.
Judit tidak menyukai Tri. Ternyata bukan hanya Tri saja yang suka sama Judit,
tetapi sahabat Shasha sendiri yaitu Rahayu.
Tahun
pun telah berganti, mereka lulus dan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
tinggi, yaitu menjadi mahasiswa. Mereka berpencar satu sama lain, tidak ada
yang berkumpul. Mungkin mereka sudah menemukan teman ataupun sahabat baru.Tiba-tiba
tanpa menduga-duga Judit mengirim pesan kepada Shasha.
“
Sha, selama ini kamu kemana aja sih? Aku kangen kamu loh, kalau boleh jujur aku
suka kamu.Kamu mau enggak jadi pacar aku?” isi pesan singkat yang dikirim Judit
kepada Shasha.
Shasha
pun membalas pesan singakat yang dikirim Judit.
“
Maaf Judit, kita kan bersahabat, aku enggak mau kalau persahabatan kita jadi
hancur hanya karena kamu suka aku. Lagian kan Tri suka kamu!”
“
Ya, aku tahu. Tri sudah bilang kalau dia suka aku.Tapi aku menolaknya, aku
sukanya sama kamu”.
“
Enggak bisa. Rahayu, sahabatku sendiri ternyata juga suka sama kamu. Kamu harus
paham itu”.
“
Tapi aku enggak suka sama Rahayu, apalagi sama Tri. Aku sukanya sama kamu”.
“
Tolong hargailah persahabat kita, aku harus menjaga perasaan Rahayu dan Tri.
Lebih baik kita bersahabat saja”.
Sejak
saat Shasha menolak Judit, semenjak itu pula Judit tidak ada kabar.Untungnya
persahabatan antara Shasha, Aris, Asep masih baik-baik saja.Hanya Judit yang
sudah tidak ada hubungan yang terjalin diantara persahabatan itu, hanya karena
Shasha menolak Judit.
SELESAI
Oleh : Annisa Ayu Mauludin
SAHABAT
Florida. Itulah nama salah satu kota
di wilayah glorin. Kota yang indah nan tentram. Masyarakatnya pun ramah dan
rajin. Di Florida juga hidup seorang gadis yang cantik. Rosemarry namanya.
Gadis berusia 17 tahun memiliki tipikal orang yang periang, sabar, suka
menolong dan dermawan. Tidak heran jika Rosemarry memiliki banyak teman di
desanya sendiri maupun desa lainnya. Rosemarry seorang gadis yang sangat
beruntung, memiliki orangtua yang kaya dan sangat menyayangi dirinya. Semua
orang yang ada di Florida sangat menyayangi
Rose. Yah, itulah Rose nama panggilannya. Rosemarry selalu bermain di
kebun bunga dekat pekarangan rumahnya
yang luas dan ditemani oleh sahabatnya, Olive. Tetapi kini Rose hanya pergi ke
kebun sendirian dan termenung disana , memikirkan sahabatnya Olive. Memikirkan
cara untuk memperbaiki hubungannya dengan Olive yang bermasalah hanya karena
seorang lelaki.
“Kak Rose,
ayo kita bermain boneka lagi!” rengek adik Rosemarry, Roselyna. Rosalyna adalah adik Rosemarry yang berumur 6 tahun.
“kakak lagi gak enak badan, Roselyn. Kamu main sama ibu aja ya”. Tanpa di suruh
Roselyna berlari ke tempat tidur Rosemarry dan membangunkannya. “well ,
baiklah! Karna tingkah jailmu ini kakak jadi tidak bisa istirahat”. Rosemarry
mencubit pipi Roselyn yang imut, setelah berhasil, Rose berlari ke ruang tamu
dan kemudian di kejar oleh adiknya yang sudah tertinggal beberapa langkah.
Rosemarry berhenti secara mendadak di depan jam dinding ruang tamunya dan
secara spontan Roselyn menabrak kakaknya yang berhenti secara tiba-tiba.
Rosemarry teringat sesuatu. Yaa dia harus ke rumah Olive sekarang. Tanpa
berpikir panjang lagi Rosemarry medatangi ibunya yang sedang memasak makan
malam di dapur.
“Bu, Rose pergi ke rumah Olive dulu ya ? Rose
mau menjelaskan sesuatu pada Olive”.
“Baiklah , cepat pulang dan hati-hati ya Rose.
Semoga masalahmu dengan Olive cepat selesai”.
Katrin , ibu Rosemarry. Wanita
berparas cantik yang berumur 35 tahun ini sudah mengetahui masalah yang dialami
putrinya. Rosemarry selalu bercerita kepada ibunya jika ia sedang mengalami
masalah. Masalah apapun itu.
“Baiklah,
Bu”. Katrin melihat punggung anaknya yang semakin jauh dan menghilang. Katrin
merasa bangga karena Rosemarry tumbuh menjadi anak yang cantik dan penuh
tanggung jawab. Di usia gadis yang ke 17 saat ini, tidak banyak yang mau
menyelesaikan masalahnya sendiri dan terkadang tidak mau bertanggung jawab
atas masalah yang ditimbulkannya. Tetapi
Rosemarry berbeda, ia adalah gadis yang penuh tangung jawab. Katrin bersyukur memiliki
seorang anak yang cantik dan penuh tanggung jawab.
“Semoga masalahmu dengan Olive cepat selesai,
nak. Ibu akan selalu mendo’akanmu” Katrin berdo’a kepada Yang Maha Kuasa.
Rosemary
sekarang berada di garasi mobilnya. Ia tengah berfikir, bagaimana cara untuk menjelaskan
kepada Olive. Ia mondar-mandir di dalam garasinya, lupa bahwa ia datang ke
garasi untuk mengambil mobilnya dan pergi ke rumah Olive. Roselyna yang sedang
bermain sepeda di depan garasi bingung melihat tingkah kakaknya yang berlagak
seperti orang bodoh, mondar-mandir di dalam garasi. “kak Rose!”. Roselyna
berusaha memanggil kakaknya tetapi tidak mendapat respon dari Rosemarry. “kak
Rose! Sedang apa kakak di sana ?” teriak Roselyn, tetapi tetap tidak mendapat
jawaban dari Rosemarry. Roselyna akhirnya geram karena panggilannya tidak
mendapat jawaban dari kakaknya, maka ia pun berlari menabrak kakaknya dan
membangunkan lamunan Rosemarry.
“Roselyn ada apa ? kenapa kamu
menabrak kakak?” Tanya Rosemarry dengan kekagetannya,“kakak kenapa sih aku
panggil tapi gak di jawab? Sebel tau. Dan kakak kok mondar-madir terus? Pusing
tau!”.
Roselyn kesal karna tingkah kakaknya yang
menyebalkan. Rosemarry ingat bahwa ia harus segera ke rumah Olive. Tanpa
memperdulikan pertanyaan dari Roselyn, Rosemarry langsung masuk ke dalam
mobilnya dan langsung mengemudikan mobilnya tanpa memperdulikan keberadaan
Roselyn. “Dasar kakak gila. Kalau tadi aku ketabrak gimana! Awas aja nanti
kalau pulang, aku kasih hadiah”. Dengan muka sebalnya Roselyn pergi ke dalam
rumah dan mempersiapkan jebakan untuk kakaknya.
Dalam
perjalannya ke rumah Olive, Rose terlihat ragu. Ragu bahwa Olive akan mau
memaafkannya. “ Ya Allah. Kenapa hubunganku dengan Olive harus bermasalah
seperti ini. Semoga Olive mau mendengarkan penjelasanku tentang hubunganku dengan
David” Rosemarry berdo’a, agar semua rencananya berjalan dengan lancar.
Rosemarry
tengah berada di depan gerbang rumah Olive. Rosemarry kembali merasakan
keraguannya, apakah ia harus meneruskan rencananya atau kembali pulang ke rumah
dan membiarkan hubungannya dengan Olive tetap bermasalah. Satpam di rumah Olive
membukakan gerbangnya dan membuyarkan lamunan Rosemarry. Rosemarry menjalankan
mobilnya ke dalam pekarangan rumah Olive dan memarkirkannya di tempat itu. Ia
melihat Olive sedang menulis sesuatu sambil menangis. Kamar Olive berada di
balkon rumahnya yang tepat mengahadap ke halaman depan rumahnya yang luas nan
indah. Rose merasa sangat bersalah karena telah menyebabkan sahabatnya
menangis. Dengan perasaan yang sedikit ragu Rosemarry memencet bel rumah Olive
dan muncullah ibu Olive, tante Chelse.
“Oh nak Rose. Masuk nak. Cari Olive kan ?
Olive ada di kamarnya. Sudah 4 hari Olive tidak keluaran dari kamarnya”. Ibu Olive
meberitahu Rosemarry tentang keadaan Olive.
“ Benarkah tante ?” Tanya Rosemarry
dengan penuh penasaran dan perasaan bersalahnya.
“ Ya sudah masuk dulu nak nanti
ibu jelaskan di dalam” suruh ibu Olive dengan lembutnya.
“Baiklah, Bu”.
Rose melangkahkan kakinya di dalam rumah Olive. Ia
memikirkan kata apa yang tepat untuk menjelaskan kebenarannya kepada Olive. Ibu
Olive datang membawa nampan yang beris 2 gelas teh manis. “Begini nak
ceritanya. Ibu lansung memulai pembicaraanya saja ya. Saat itu sepulang dari
sekolah, Olive memasuki rumah sambil menangis dan langsung berlari memasuki
kamarnya. Tante yang melihat kejadian itu langsung menjenguk Olive ke kamarnya,
dan tante ingin bertanya kenapa Olive sampai menangis sepulang sekolah. Di saat
ibu mau membuka pintunya ternyata pintu kamar Olive sudah dikunci dari dalam.
Saat ibu bertanya dari luar, Olive hanya menjawab “tinggalkan Olive sendiri bu,
dan Olive tidak ada masalah”. “Itu kata Olive nak”. Ibu Olive bercerita kepada
Rosemarry dengan air mata yang bercucuran di wajahnya yang cantik.
“Tetapi Olive tetap makan kan , tante ? dan
kesehatannya tetap baik kan ?”. Tanya Rose perhatian.
“Olive kesehatannya sedikit menurun karena
semenjak kejadian itu Olive hanya mau makan sedikit dan tidak mau keluaran
kamar” Tante Chelse teringat ketika ia menyaksikan makanan anaknya pada saat
itu hanya termakan sedikit. “ Aku boleh pergi ke kamar olive, tante ?” pinta
Rose kepada Ibu Olive.”Silahkan nak,
mungkin dengan kedatangan nak Rose, Olive akan kembali menjadi anak periang
lagi” Ibu Olive berkata dengan nada berharap. Sudah seminggu ini chelse tidak
melihat anaknya tersenyum lagi. Melihat hal itu terjadi setiap malam chelse
selalu menangis, merasakan kepedihan yang dialami oleh anak tersayangnya.
“Olive, kamu ada di dalam? Ini
aku Rosemarry. Buka pintunya ya Olive” Rosemarry khawatir Olive tidak akan mau
membukakan pintunya. Ia berdo’a agar Olive mau membukakan pintu untuknya.
“Mau apa kau kemari?” Olive
menjawab perkataan Rosemarry dengan ketus, berbeda dengan perkataan Olive
sebelum masalah ini terjadi. “Olive bukakan dulu pintunya, aku mau menjelaskan
sesuatu kepadamu” mohon Rose kepada Olive, “penjelasan apa lagi? Aku sudah tau
semuanya. Lebih baik kamu pergi dari sini!”. Rosemary tidak habis pikir, Olive
sampai marah besar terhadapnya. “Buka dulu Olive, dengarin penjelasan aku”,
akhirnya Olive keluar dari kamarnya tetapi tidak untuk memperbolehkan Rosemarry
masuk ke dalam kamarnya. Ia hanya ingin berbicara di luar kamarnya dengan
Olive. Dengan wajah yang pucat dan mata yang sayu, Olive berkata “apa yang mau
kamu jelaskan? Apa kamu belum puas mengambil orang yang sangat dicintai
sahabatmu ini, ha ?” Olive sesenggukan, sudah tidak kuat lagi menahan amarahnya
terhadap Rose. Tega-teganya Rose berani mengambil orang yang sangat istimewah
bagi Olive.
“Dengar Olive! Aku sama sekali tidak ada
maksud untuk merebut orang yang kamu cintai, aku sangat menyayangimu Olive!
Mana mungkin aku merebut orang yang sangat dicintai oleh sahabatku sendiri.
Kemarin apa yang kamu lihat tidaklah sesuai dengan apa yang terjadi. Waktu itu
David memang telah menyatakan cintanya kepadaku tetapi aku tidak menerima
cintanya. Aku tahu bahwa David itu orang yang sangat istimewah untukmu. David
memeluk aku itu sebagai tanda pertemanan, bahwa setelah aku menolak cintanya
hubungan pertemanan kita akan akrab selalu. Da- “, penjelasan Rose terpotong
oleh perkataan Olive.
“kamu jangan memberikan penjelasan palsu Rose,
aku sudah tau semuanya dari Angel bahwa kamu telah menerima David sebagai
kekasihmu. Sudah cukup! Aku tidak mau mendengar penjelasanmu lagi!”, bentak
Olive sambil meneteskan air matanya. Sebenarnya Olive tidak tega berbicara
sekasar iltu kepada sahabatnya, Rosemarry. Tapi menurutnya Rose sudah
kelewatan, dan Olive ingin Rose tahu semua itu. “ Tapi Olive ak- “ ucapan Rose
terhenti oleh suara pintu kamar Olive yang di tutup secara keras. “Olive, aku
tidak akan menyerah untuk menjelaskan kebenarannya. Aku akan datang kemari lagi
nanti” Rosemarry meninggalkan kamar Olive dengan perasaan sedih dan kecewa. Ia
gagal membuat hubungannya kembali seperti semula. Ia telah gagal membuat
sahabatnya bahagia dan tersenyum kembali. Akhirnya Rose memutuskan untuk pergi.
“Nak, Rose. Bagaimana ? apakah
kamu sudah menjelaskan semuanya?” tante Chelse berharap agar Olive mau
mendengarkan Rose dan kembali menjadi anak yang ceria,
“Rose sudah menceritakan semuanya tante,
tetapi Olive tidak percaya padaku. Olive lebih percaya pada Angel si tukang adu
domba. Dan ia menyuruhku untuk pulang tante”, Rose menangis di pelukan Ibu
Olive. Ia menyesali perbuatannya. Kenapa Dav harus menyatakan cintanya pada
dia, kenapa bukan yang lainnya. “Ya sudah, nak. Mungkin lain kali aja kamu
menjelaskan kembali. Atau kamu bisa
membawa Dav ke sini untu menjelaskan bersamamu” tante Chelse memberi saran
kepada Rose sambil membersihkan air mata yang ada di wajah Rose. “Baiklah
tante, Rose pulang dulu ya nanti Rose mau ke sini lagi” pamit Rose pada tante
Katrin, “ia sudah, nak. Hati-hati ya di jalan” tante Chelse mengantarkan
Rosemarry ke depan pintu, sementara Olive mengintip kepergian Rosemarry di
tangga penghubung antara ruang tamu dan kamarnya. Olive sedih menyadari
hubungan persahabatannya harus hancur cuma karna seorang lelaki. Kemudian Olive
turun setelah melihat ibunya sudah pergi ke dalam kamarnya, dan ia membuntuti
Rose dari belakang memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang tejadi pada Rose.
Ketika beberapa meter dari rumah Olive, Rose dihentikan oleh David. Rose
menghampiri David dan menceritakan semuanya kepada David karna David sudah tahu
masalah yang terjadi antara Rosemarry dengan Olive. David yang tidak tega
melihat Rosemarry menangis, ia langsung memeluk Rosemarry dan memberikan
dadanya untuk digunakan sebagi tempat menangisnya. Olive yang melihat kejadian
itu merasa kaget dan kecewa, ia menangis dan langsung berlari memasuki
rumahnya. David yang melihat kehadiran Olive langsung melepaskan pelukannya
terhadap Rose dan mengejar Olive disusul oleh Rose dari belakang.
“Tadi Olive melihat kita?” Tanya
Rose dengan panik,
“iya Rose. Aku tadi melihat Olive
berlari sambil menangis sesenggukan” David menceritakan apa yang dilihatnya
kepada Rose sambil berlari,
“gawat!” tanpa banyak bicara,
Rose langsung mempercepat larinya dan ketika sampai di depan pintu rumah Olive,
Rose mendapat bentakan dari Olive di dalam pintu rumahnya “berhenti! Tidak
cukupkah kalian membuat aku sakit hati ketika di sekolah ? apa kalian masih
kurang dengan membuat aku sakit hati lagi hari ini ?” bentak Olive. “Dengar
Olive, tadi kamu hanya salah paham aku da- “, ucapan David terpotong oleh Olive.
“Sudah cukup! Aku tidak mau lagi mendengar penjelasan kalian” Olive langsung
pergi menuju kamarnya dan menguncinya rapat-rapat. Rose dan David melihat Olive
berada di dalam kamarnya dan mereka melihat Olive langsung naik kedalam tempat
tidurnya dan menutupi mukanya dengan selimut.
“Udahlah lebih baik kita
selesaikan masalah ini besok di sekolah. Hari ini bukanlah waktu yang tepat,
mungkin Olive masih butuh waktu untuk sendiri” ajak David kepada Rose,
“baiklah. Ayo kita pulang”. Dengan sesenggukan
Rose akhirnya meninggalkan pekarangan rumah Olive bersama David.
Sesampainya
di rumah, Rose langsung mandi dan setelah itu ia memikirkan kata-kata yang
tepat untuk ia jelaskan pada Olive esok di sekolah. Karena kecapekan pikiran
dan tenaganya, Rose langsung tidur dengan pulas, ia tidak mengganti pakain
santainya dengan pakain tidurnya.
Rosemarry
terbangun pagi-pagi sekali setelah ia mengalami mimpi buruk tentang Olive. Ia
kemudian sholat dan berdo’a, memohon agar ia dan Olive segera berbaikan dan
masalahnya cepat selesai.
Rosemarry
tergesa-gesa, ia sudah telat pergi ke sekolah karena tadi sehabis sholat Rose
ketiduran. Ia langsung berpamitan kepada ibunya dan berlari ke garasi mengambil
mobilnya. Ketika ia selesai memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah barulah
bel masuk berbunyi. Untung saja Rose tidak sampai telat, kalau telat bisa-bisa
ia harus membersihkan toilet wanita.
Di lain
tempat Olive sedang berpikir, sekarang ia tidak masuk sekolah karna ia sedang
pusing kepala. Olive semalaman telah berpikir dan memutuskan bahwa ia tidak
seharusnya bersikap keterlaluan tehadap Rosemarry dan David terutama terhadap
Rosemarry. Ia telah memutuskan untuk meminta maaf kepada Rose dan David
sepulang sekolah, Olive akan mejelaskan bahwa tidak seharusnya ia membuat hubungan
persahabatannya dengan Rose hancur cuma karena David dan omong kosong dari
Angel. Ia seharusnya berpikir telebih dahulu sebelum memutuskan untuk bertindak
sejauh ini. Olive sudah bercerita kepada ibunya tentang rencananya dan ibu
Olive menyutujui bahkan ibu Olive sampai meneteskan air mata kebahagiaan karena
anaknya sudah mau membuka hatinya dan pikirannya tentang masalah ini.
Rose
sudah pulang dari sekolahnya, sekarang ia dan David janjian untuk ke rumah
Olive dan menjelaskan kembali permasalahnnya. Setelah mereka berdua bertemu
kemudian mereka melanjutkan perjalanannya. Ketika sampai di pertengahan jalan
mereka bertemu dengan Olive yang ingin pergi ke rumah Rose. Rose, David, dan
Olive keluar dari mobil mereka masing-masing.
“Emmm” ucap mereka berbarengan,
“kalian dulu aja deh” lagi lagi mereka
berbarengan.
Tanpa di sadari mereka telah menampakkan
senyum menawan mereka.
“Baiklah aku saja. Begini aku mau meminta maaf
kepada kalian atas sikapku selama ini. Aku seharusnya berpikir dulu sebelum melakukan
tindakan ini. Rose maaf, tidak seharusnya aku mengorbankan hubungan
persahabatan kita hanya karna seorang cowok dan aku setidaknya mau mendengarkan
penjelasanmu dulu bukan menerima cerita palsu dari Angel. Dan David, aku minta
maaf karna aku telah melibatkanmu dalam masalah ini. Tidak seharusnya aku egois
terhadap perasaan kalian. Aku seharusnya tidak marah karena kamu lebih memilih
Rose dari pada aku. Aku sekarang lebih memahami apa arti itu cinta. Cinta itu
tidak bisa dipaksakan. Cinta adalah perasaan hati kita terhadap orang yang kita
sayangi, rasa nyaman, rasa bahagia ada saat cinta datang. Maka dari itu aku
tidak akan egois lagi. Aku akan membiarkanmu untuk memilih siapa yang akan kamu
jadikan kekasih dan membiarkan kamu bahagia meskipun dengan sahabatku sendiri
ak- “ Davi memotong penjelasan Olive,
“tapi aku sudah tidak ada perasaan lagi dengan
Rosemarry, aku ingin kita menjadi sahabat selamanya, menjadi orang yang saling
mengerti dan mendukung teman satu sama lain. Aku tidak mau ada pertengkaran
diantara kita lagi. Seorang sahabat sejati akan selalu ada untuk sahabatnya yang
lagi bersedih maupun bahagia. Seorang sahabat tidak akan membuat hati
sahabatnya tersakiti. Itulah sahabat sejati” jelas David. Rosemary langsung
terharu dan meneteskan air mata mendengar perkataan Olive dan David barusan.
“Aku terharu mendengar perkataan kalian tadi. Aku sayang kalian. Kita adalah
sahabat sejati. Tidak akan terpisahkan oleh apapun”. Mereka langsung berpelukan
dan memulai perjalanan baru dengan sahabat baru dan cerita baru.
Itulah
sahabat. Selalu ada di saat sedih dan bahagia. Mengerti dan peduli satu sama
lain. Tidak ada sahabat yang rela melihat sahabatnya menangis karena
penderitaan. Sahabat akan selalu ada untuk menghibur dan membantu bila ada
suatu masalah. Dan masalah itu akan terselesaikan jika kita berpikir jernih,
berbagi masalah dengan sahabat ataupun keluarga, dan tak lupa kita berdo’a kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Oleh: Ayu Adelia Puji K.S